Hari
itu Minggu(27/09) aku mengantarkan ke beberapa saudara dan tetangga
terdekat. Ketupat dan sayur semur ayam. Semuanya bertanya tiap kali
menerima hantaranku. Maklum moment inipun setahun sekali dan berselang
seminggu setelah lebaran Ied. Setiap pertanyaan aku jawab, “Bodo kupat,
lebaran ketupat saiki yo”. Semua yang menerima tersenyum gembira,
“Nggih, matur nuwun”. “Pelan-pelan, semoga pada puasa sunnah syawal juga
nantinya” dalam hati, berdoa.
Aku
tak begitu ingat kapan pertama kali mendengar kata lebaran ketupat.
Kira-kira kelas 6 SD saat pulang kampung pada moment lebaran ke daerah
Sukolilo, Pati Jawa Tengah disanalah sepertinya merasakan
aroma khas sebuah tradisi Lebaran Ketupat. Selesai Ie’d seperti biasa
apabla di Jakarta yang ditanyakan pertama kali adalah “dimana
ketupatnya?” tetapi saat itu tak ada ketupat hanya nasi dan lauk pauk.
Semua orang di rumah bilang, “ne nong kene kupatnya onone nanti pas bodo
kupat 7 hari lagi”. Ya sejak saat itu aku mengetahui nama tradisi
Lebaran Ketupat.
Lalu
dari mana Lebaran ketupat di lakukan hingga kini? Setelah Idul Fitri (1
syawal), ada syariat agama, bahwa setelah Idul Fitri, umat Muslim
diperintahkan untuk melaksanakan puasa sunnah atau yang biasa disebut
puasa nyawal selama enam hari. Setelah itu, di hari ketujuh (masih
dalam rangkaian Idul Fitri), orang masih dalam suasana suci lahir batin.
Untuk mengejawantahkan hal itu, disimbolkan dengan ketupat, makanan
berwarna putih, lembut dan dibungkus janur muda. Janur artinya sejatine
nur (cahaya) yang melambangkan kondisi manusia dalam keadaan suci
setelah mendapatkan pencerahan (cahaya) selama bulan Ramadhan. Jadi,
makna dari lebaran ketupat adalah kesucian lahir batin yang
dimanifestasikan dalam tujuan hidup yang esensial.1
Lebaran
ketupat murni berasal dari tanah Jawa, sejak pemerintahan Paku Boewono
IV. Sebuah kearifan lokal yang hanya dilakukan di Indonesia . Sama
halnya dengan tradisi halal bihalal. Di daerah lain, setelah salat Ied,
mungkin mereka langsung melanjutkan dengan aktivitas lainnya. Sementara
bagi masyarakat Jawa, setelah salat Ied, pasti dilanjutkan dengan halal
bihalal silaturahmi dengan kerabat dan tetangga-tetangga. Setelah salat
Ied, keesokan harinya dilanjutkan puasa enam hari. Setelah itu,
dirayakan dengan makan makanan khas, yaitu ketupat pada lebaran ketupat,
dalam keadaan suci. 1
Namun
secara pemikiran yang mendalam, aku menyimpulkan bahwa tradisi ini
lahir dari ulama-ulama/ dai-dai tanah jawa dalam membumikan dakwah islam
dan memasyarakatkan Puasa Sunnah Syawal 6 hari yang begitu banyak
pahalanya. Alhamdulillah hingga kini masih dilestarikan. Semoga para dai
kala itu mendapatkan pahala yang berlimpah Amin. Mumpung syawal masih
ada yuk tunaikan puasa syawalnya. Ikuuuuuut….
Minal A'idin Wal Faidzin ya...Mohon Maaf Lahir dan Bathin
--------------------------------------
Artikel adalah original buatan saya, karena Multiply akan menghapus feature BLOG
maka saya pindahan content Blog Multiply saya ke http://kripikyayan.Blogspot ini.
Source: http://ya2nya2n.multiply.com
No comments:
Post a Comment