Schon baru saja lulus SMP. Sebuah
SMP di Jakarta yang dibilang favorit. Entah kenapa aku juga heran
kenapa adikku yang satu ini sanggup meraih lulus seleksi di sana. Dengan
NEM yang mesti 9 rasanya sulit mengira adikku diterima. Ada rasa bangga
sih. Apalagi di saat wisuda lulusan SMP menjadi urutan ke 2 lulusan
terbaik. Bangga juga sih. Padahal di rumah MP3 playernya tak pernah
lepas darinya. Atau sekedar mendengarkan musik di komputernya. Boleh
dibilang tiada kata tanpa musik. Dua lagu yang paling sering diulangnya
adalah lagu group band jogja. Seingatku ia pernah mengatakan group
bandnya namanya apa ya seperti le.....tt....oy....(lettoy) eh salah
Letto. Satu hal yang kularang apabila ia berada di kamarku, ya itu
memutar lagunya lettoy. Candaku apabila sedang berbincang dengannya.
Kadang aku mengakui Schon memang memiliki kelebihan dari manusia
seumurannya. Dia begitu PD dan jarang kulihat termenung atau kecewa
dengan apa yang menimpanya. Kecuali suatu hari ketika kelas 2 SMP saat
membantu mencuci piring membantu ibu. Dan piring yang di pegangnya
terpeleset dari tangan dan pecah. Yang kuingat 3 hari ia merasa begitu
bersalah dan memilih merenung di dalam kamarnya. Entah apa yang
dilakukannya kecuali terdengar lagu yang tak kutahu lagu apa itu.
Setelah itu dia menjadi begitu bersemangat seperti mendapat mukzijat dan
begitu bijaksana juga dewasa. Teman-temannya banyak yang datang kerumah
sekedar main atau lainnya. Sepertinya ia disukai di sekolahnya.
# # # # # # # # # # # # # # # # # #
Suasana
malam kian menyengat dingin. Aktivitas kantor benar-benar membuat
pengat. Tak ada target tercapai bulan ini. Seluruh pimpinan menyudutkan.
Bulan depan tak ada lagi tidak mencapai target dan harus tepat
pencapaian targetnya. ”Hmmm.....rasanya besi baja 1 ton menimpaku”.
Otakku benar-benar di peras. Ingin sekali berteriak keras dan
mengatakan, ”Kemari siapa saja yang berani menyudutkanku, si orang super
ini.” begitulah aku untuk menaikkan kembali motivasiku. Tetapi tetap
saja tak berhasil meloncatkan sinar semangat. Yang terasa hanya tambah
bermasalah. Karena ada bintik kesombongan disana. ”Ah..sudahlah
lupakan...bulan depan akan kupenuhi target-target kerjaku.”
Kunaiki
tangga rumah dengan pegangan besi meliuk apik. kuhitung dari awal
melangkahkan kaki jumlahnya beranak tangga 30. tersa ringan dengan
karpet mengalasi setiap anak tangga. Kudengar lagu yang sedang di putar
Schon. Pelan, namun terasa keras terdengar di kupingku. Apa karena ada
kegundahan dihati ini. Sejenak menyeruak pasti menggodaku untuk
mendengarkan. Dan sekedar sharing mungkin mampu memberi sedikit semangat
padaku.
Segera
kuhampiri kamarnya yang masih kubuka. Menuju kamar yang tak ajauh beda
dengan isi kamarku. Kurebahkan diri di springbed kamarnya. Seraya heran
schon menolehkan wajahnya yang sedang asyik di depan layar komputernya.
”Ada apa, kak? Lesu sekali kelihatannya”
”Iya, gak apa khan masuk kesini. Mau dengar-dengar lagu si lettoy...eh salah Letto...”
”Biasanya kakak, anti sekali dengan lagu-lagu yang kudengarkan. Dan hanya mau mendengarkan lagu nasyid saja”
”Gak tahu kenapa, saat naik tangga kakak begitu ingin mendengarkan lagu yang kamu putar, Schon”.
Suasana
begitu tenang kini. Satu lagu telah habis kudengar lekat-lekat. Lagu
kedua pun seperti itu. Sedikit menenangkan freqwensi otak dan hati yang
tadi masih tinggi. Kini agak reda. Apakah benar alunan musik dan lyrick
dapat menyihir seseorang. Lagu ke dua menambah-nambah penasaranku.
Apakah adikku mendapatkan semangatnya dari lagu ini. Atau sekedar
menyeimbangkan freqwensi otaknya, sehingga menjadi terus semangat
sepanjang hari. Lagu kedua selesai. Kucoba bertanya pada schon kenapa
bisa menenangkan sedikit dua lagu tersebut.
”Schon, kenapa lagu letto tadi begitu kau sukai?”
”inilah
yang kutunggu, kakak menanyakannya padaku. Tidak hanya mengatakan tidak
suka lagu yang kudengarkan. Semua orang pasti punya alasan kenapa orang
tersebut menyukai lagu yang didengarkannya”.
Sambil
berdiri dengan semangatnya. Lalu ia menjelaskan hikmah dua lagu ini.
Digapainya mouse komputer dan mengulang lagu pertama dari letto dan
disebutkan judulnya adalah sampai nanti sampai mati. Disana ada satu
beberapa bait lyrick yang begitu memotivasi. Kemudian dia menebak bahwa
muka masamku karena urusan kantor.
”Inilah lyrick yang bisa kita ambil hikmahnya disaat masalah mendera”
Kudengarkan lekat-lekat bait tersebut. Pertama
kali tak kutangkap sama sekali maksud dari lyrick tersebut. Sampai
Schon seperti mengerti kerutan dahiku dan diulanginya lagi.
”.......Tak peduli
Kalau kau kejar mimpimu salut
Kalau kau ingin berhenti
Ingat tuk mulai lagi........”
Kalau kau kejar mimpimu salut
Kalau kau ingin berhenti
Ingat tuk mulai lagi........”
di
tekannya tombol pause sehingga berhentilah lagu tersebut. Di jelaskan
jelas-jelas. Bahwa ketika kita mengejar mimpi maka itulah tujuan hidup
dan tabiat manusia adalah bosan, maka ketika mau berhenti tak menjadi
masalah untuk berhenti sejenak saja namun jangan lupa untuk mulai lagi.
Karena merilekskan pikiran dan tubuh adalah kewajiban semua manusia
untuk menendang kembali ide-ide dan semangat baru muncul. Wajar kalau
bulan ini aku tak mencapai target kantor karena mungkin memang di bulan
itu aku harus beristirahat sejenak. Untuk memberikan kesempatan semangat
dan ide segar muncul kembali.
”Oke kita mulai lagi dengan bait kedua” sergahnya begitu bertambah semangat ketika kusilakan kaki dan memandang kearahnya serius
Kembali
kudengar alunan bait selanjutnya. Sedikit mulai kutangkap makna kata
disana. Ruangan begitu terang kini. Udara segar seperti memenuhi rongga
pori otakku yang mulai menyegarkan dan menyemangati dalam perbincangan
dengan adikku.
Tetap semangat
Dan teguhkan hati
Di setiap hari
Sampai nanti
Sampai mati..........
Dan teguhkan hati
Di setiap hari
Sampai nanti
Sampai mati..........
Tetap melangkah
Dan keraskan hati
Di setiap hari
Sampai nanti sampai mati.....”
Dan keraskan hati
Di setiap hari
Sampai nanti sampai mati.....”
.kuncinya
hanya satu cukup pupuk semangat, teguhkan hati bahkan keraskan hati di
setiap hari kalau perlu ”..sampai nanti...sampai mati...”. Kutarik
nafasku dalam-dalam. begitu merasuk tulang-tulangku. mengangkat kembali
satu ton besi baja yang tadi menimpa kepalaku akibat beban kerja.
”Alhamdulillah.” kukatakan secara spontan di depan adikku.
semangat ini telah menemukan ruangannya kembali. Ide-ide
dan semangat seperti telah mengalir kembali. ”Terima kasih, dik.” Dalam
hatiku. Setelah ini pasti aku tak akan pernah lagi mengeluarkan
pendapat kepada setiap orang yang menyukai suatu lagu karena ia
mendengarkan berulangkali dan aku tak suka. Semua orang punya alasan
menyukai lagu-lagunya sendiri. Schon...terima kasih telah menyemangatiku
kembali. Tak salah ayah memberikan namamu ”Schon” dalam bahasa Jerman yang padanannya berarti, ”cool”. Pasti
karena inilah kau juga disukai teman-temanmu yang lain. Seraya bangkit
dan izin kembali ke kamar kudenndangkan kembali lyrick yang di jelaskan
Schon tadi.
”.......Tak peduli
Kalau kau kejar mimpimu salut
Kalau kau ingin berhenti
Ingat tuk mulai lagi.......
Kalau kau kejar mimpimu salut
Kalau kau ingin berhenti
Ingat tuk mulai lagi.......
Tetap semangat
Dan teguhkan hati
Di setiap hari
Sampai nanti
Sampai mati..........
Dan teguhkan hati
Di setiap hari
Sampai nanti
Sampai mati..........
Tetap melangkah
Dan keraskan hati
Di setiap hari
Sampai nanti sampai mati.....”
Dan keraskan hati
Di setiap hari
Sampai nanti sampai mati.....”
Schon tersenyum mendengar dendanganku. Sambil kembali menuju kursi dan meneruskan aktivitasnya ia berkata sedikit keras.
”Nanti aku ke kamar kakak, jangan lupa bangunkanku ”Sebelum Cahaya” Ya.......”
”Oke...”,
Mulai
kujauhi kamar Schon. Ada bahagia disana. Namun ada pertanyaan muncul
kembali saat tadi ia mengatakan, ”..Bangunkanku Sebelum Cahaya...”. apa
yang dimaksudnya. Sepertinya tadi aku dengarkan lyrick itu. Tapi nanti
sajalah kutanyakan kembali apa maksudnya. Yang jelas aku akan selalu
membangunkanmu subuh nanti Schon Go.......(bersambung)
- al iyan –
- untuk seluruh pencari hikmah melalui media apapun bertujuan kebaikkan –
- rumah ide – kebayoran baru –
- 19. 25 –
--------------------------------------
Artikel adalah original buatan saya, karena Multiply akan menghapus feature BLOG
maka saya pindahan content Blog saya ke Blogspot ini.
Source: http://ya2nya2n.multiply.com
No comments:
Post a Comment