Wednesday, September 19, 2012

(Cerpen) Pasar



Oct 24, '09 8:35 AM
for everyone
    Kemanakah engkau ketika ingin mendapatkan barang kelontong yang murah?
Dengan catatan kau bergaya tradisional, maksudnya tradisional engkau sangat anti
dan menolak produk-produk modernisme yang bernama mall, hypermart, giant, hero,
dan konco konconya (he he he kayak KIB Jilid II yang sama dengan Kabiner PEr-Koncoan).
Weleh-weleh malah bicara Politik, "cut..cut, kembali ke benang merah) tuh kan lihat
dalang OKB si Parto dah bilang suruh fokus ke ceritanya. Qe qqe qqeqe balik lagi ya. Jadi
engkau dn otakmu hanya ada satu tujuan menuju pasar rakyat atau pasar tradisional.

    "Hari ini harus lewat rute utama, lewat depan Giant, Carefour, Hero", yayan memiliki
caranya sendiri untuk mengolok-ngolok pasar-pasar kapitalis tersebut. Sebab dirasakan
olehnya sejak beberapa tahun terakhir ini, tambah tambah ada carefour yang hanya berjarak
500 meter dari pasar. Bang Jaja penjual ayam selalu curhat padanya saban malam ronda.

"Yan, ane sebel-sebeldengan sangat" curhat Bang Jaja, sambil sarungnya dikebutkan keseluruh tubuhnya
Nyamuk ,memang menambah berdarah-darah dialog khusus siaran langsung di pos ronda bojong kopi,
di bilangan newcastle kopi.

"Sebel sama si Juju, janda muda yang selalu minta tambahin ceker sama pala saban beli Ayam
ya bang", sambar yayan nyerocos, sari puspa meluncur keseluruh tangan kaki leher dan muka minus kedua matanya
takut perih soalnya, he he he.

"BUsyet, jauh amat loh yan larinya kesana, kalau Juju mah dah episode terakir, ternyata dia melakukan itu karena minta di kawinin,
 "plak", aduh" sambil mengayunkan
tangannya ke-wajahnya yang diserang kawanan nyamuk terlatih, yang dikirim nyamuk berpangkat
komandan baret merah  khusus untuk menghadapi
manusia sekaliber Bang Jaja, Tukang jagal Ayam (ngeriiiii).

"Oh, kirain, baguslah daripada jadi fitnah, Jadi kenapa tadi sebelnya bang Jaja" korek yayan lebih jauh. Lulusan psikologi
Universitas Tukulnista ini,bergaya menjadi seorang psikolog seperti di film-film yang ditontonnya di TV swasta.
Wajahnya dikerutkan, tubuhnya dicondongkan ke depan agar terlihat serius. Dalam hatinya Yayan gak mau kehilangan kesempatan
pisang goreng keju terakhir di piring depan Bang Jaja.

"eiiiit, enak aja, gak satupun belum makan, elo dah mau embat yang terakhir" Bang Jaja secepat kilat
menjambret pisang keju nan lezat itu, soal-soal begini bang jaja jagonya,teruji dan ahlinya, lah wong saban hari
50 ekor ayam di tebas dalam waktu 5 menit, macan gak tuh.

"Ya, elah bang, tega banget ama mahasiswa kayak ane yang di kampus temennya cuma lontong sayur
pakai tempe tahu kalau makan siang..kasih napa kesempatan menikmati hidangan terlezat itu, oke..oke" MEmelas sambil
sedikit berargumen ilmiah, tepatnya mengemis, dan berhasil berpindah pisang keju itu dari bang Jaja ke tangannya.

"Cihuiiiii....PErbaikan Gizi euyyy, tararengkyu bang" wajah yayan berbinar seketika.

"Kembali ke laptop yan, omzet dagang ayam ane drastis turunnya yan, bayangin deh biasanya bisa beliin martabak atau
sekedar soto sukoharjo buat anak bini, sekarang boro-boro yan, buat belanja lagi aja nunggu muter uang 3 hari" nada
melemah diutarakannya semua beban di hati bang Jaja"

Malam makin dingin, kopi panas berubah hangat, bintang tak terlihat di langit jakarta yang penuh polusi. Jangkrik
malu-malu berbunyi jeda antara satu bunyi "krik" ke bunyi "krik"lainnya berjarak 60 detik, ini menandakan makin
langkanya Jangkrik di pusat ibukota.

"mahal ayamnya emnangnya bang, dan daya beli masyarakat rendah jadi bisa kayak gitu" Jawaban mahasiswa yang amat ilmiah
lagi-lagi biar dibilang anak kuliahan, padahal di kampus kerjanya nongkrong di depan pintu perpustakaan dan memperhatikan
yang bening-bening dengan kamuflase pakai kacamata hitam bergaya sakitmata.

"BIsa juga, yan. Tapi....." 

"ting ting ting ting, toktorotoktoktoktok, Sate.....PAdang....." dikejauhan abangtukang sate terdengar teriakannya, dengan
intensitas suara yang tedengar samapi ke pos ronda, abang tukang sate masih berjarak 500 meter yang berarti, niat banget
jualannya he he e he


Seketika, "Braaaaak......"

"Astaghfirullahaladzim....ada apa bang" ketakutan campur heran yayan memundurkan tubuhnya, jangan-jangan bang jaja
kesurupan ayam gunung yang gak segaja dipotong karena ada pesanan mendadak dan minta yang jenggernya hitam dan direquest
sama pembeli yang berjas dan bersedan mewah untuk tidak membaca basmalah ketika motong ayamnya, masalahnya uangnya gede
mau apalagi, iman yang dimiliki sekelas bang Jaja mah luluh juga akhirnya.

"Sialan tuh, Giant, Carefour di sebelah Pasar dah AC, Bagus gedungnya, bukanya 24 jam lagi," Matanya melotot, tangannya
siap menggenggam benda tumpul diangkatnya,

"Bang..bang..istighfar bang, jangan bang" cegah yayan

"Jleeep....." sebuah reginang garing dikunyahnya keras-keras, lagi dan lagi (kayak coki-coki)

"BIsmillah dulu bang kalau makan, kalau ada setan lewat bagaimana terus keselek, bisa lewat ente."Sambil menarik
nafas yayan berkata.

"Bengawan Solo...Riwayatmu Dulu..." LAgu bengawan solo mengalun menambah-nambah malam dingin menusuk menembus pakaian
menuju kulit yang akan segera merasakan dingin yang sangat.

"tiiin...tiiin.." Suara sepeda motor memberikan tanda klakson. di kampung itu ada peraturan manakala warga yang lewat
kalau jalan kaki harus ucapin salam, kalau motor klakson.

"BAng Jaja, Yan, lagi santai nih....?"Tanya dua pemuda gang sebelah

""iya, lagi ronda biasa jaga maling, mau kemana emangnya, igo?" yayan bertanya

"Ke carefour. yan, beli ay.....!@#$%^&", "Plak", berheti, gugup, salah tingkah, kiamat.

"Aduh....." tangan terbang menepuk pundak igo, ayat rupanya sadar ada bang Jaja.

"Beli apa,igo" tanya Bang Jaja sambil mengerutkan kening, seraya ingin siap beranjak. Perasaan bang Jaja sudah
gak enak, malam-malam ke carefour (sejak sebel sama produk kapitalis setiap disebut nama itu darahnya naik pitam).

"A..a..ayunan bang buat Nessa anak tetangga nangis mulu soalnya kalau gak tidur di ayunan, bapaknya minta
tolong kita yang beliiin.

"Ohhhh.." suara Bang Jaja mulai turun duduknya kembali terkenali

"Fiyuuuuuuh..." Igo dan Jaja serempak membuang nafas.

"UDah ya bang jalan dulu, ngantri soalnya Carefournya..." Izin igo pada Bang JAja dan YAyan.

"Sruup...tuh kan yan, lihat tuh anak muda sekarang...CArefour, Citos, PI, GIant, Bioaskop, mana ada
yang mikir ke Pasar beli ayam, malah beli ayunan sih igo.." curhat diteruskan.

"Tong...Tong...."suara tiang listrik yang dipukul keras-keras oleh Hansip Gito, dua kali menandakan sudah pukul 2 pagi.

Matahari meninggi, seluruh manusia berhamburan mencari rahmat, rezki Allah. Yayan baru terbangun, setelah ronda dan sholat subuh
ia tidur menghilangkan rasa kantuknya. dikepalanya masih terngiang, Carefour + Giant + Hero = Sebel + + Bang Jaja = Sebel kuadrat.
"Gue harus buat perhitungan sama si Care, Gia, Her biar kesebelan Bang JAja hilang sedikit demi sedikit.

Dipakainya jas lab praktek bahan kimia bangunan, lengkap dengan sarung tangan, kaca mata dan sepiring Bakwan goreng, dan teh
manis hangat. PRofesor jenius tuh kalau mikir ya kayak yayan ini.ha ha ha (penulis berhenti sejenak, "interupsi" mau ketawa dulu ya.


"Bruum....bruumm....siap nih sudah.....berangkaat....." di iringi lagu Ali Anak Jalanan....akhirnya....

-Bersambung-

* NB: Temen-temen pembaca kalau senang dengan cerpen ini
      kalau suka sama cerpen ini, kalau mau baca cerita selanjutnya,
      Mau gak...bantu penulisnya ya biar semangat, mudah kok caranya:
      LAngkahnya:
     
      1. BUka email, terus kirim email ke: yayan_unj@yahoo.com
      2. isi Subjek emailnya: Please terusin donk cerpennya...terusin ya (boleh di copas nih)
      3. di badan email tuliskan alasan kenapa minta diterusin cerpen ini.
         yang logis ya dan jayus alasannya.
      4. Penulis tunggu sampai 10 pembaca yang email, baru akan diterusin
     
      Terima kasih, Bravo Sepak Bola (loh kok sepak bola) he he he

--------------------------------------
Artikel adalah original buatan saya, karena Multiply akan menghapus feature BLOG
maka saya pindahan content Blog Multiply saya ke http://kripikyayan.Blogspot ini.

Source: http://ya2nya2n.multiply.com

     

No comments:

Post a Comment