Percakapan
diatas terjadi antara seorang raja yang adil dan sholeh di negara
kurdistan dan anaknya yang beranjak dewasa. Sang Raja ingin anaknya
mencari teman sejati yang bisa di ajak bercinta untuk surga. Yaitu teman
sejati yang benar-benar mau berteman dengan anaknya, bukan karena
posisinya sebagai anak raja, tetapi benar-benar karena kemurnian cinta
untuk surga yang tercipta dari keikhlasan hati yang terdalam. Sehingga
dengan dasar itu anaknya akan mencintainya juga dengan keikhlasan.
Benar-benar karena cinta kepada Allah.
Di
dunia serba metropolis ini pasti kita akan bertanya bagaimana bisa
mencari teman sejati yang seperti digambarkan seorang raja kepada
anaknya. Nampaknya sangat mustahil. Dunia digital saat ini membawa setiap manusia menjadi individual walaupun mengaku memiliki seribu teman. Berkumpul
karena tidak enak dengan orang disekitarnya karena tak mau disebut
manusia individualis. Jadilah di setiap perbincangan dengan
teman-temannya menjadi begitu cepat dan hampa. Zaman telah menggerus
makna teman sejati. Definisi teman sejati menjadi memasuki wilayah
abu-abu.Yang menyedihkan adalah antara teman yang satu dan yang lainnya
tidak terpikir sama sekali apakah teman sejati itu. Lengkaplah kini
dunia, bertambah individualis.
Tentu
saat ini kita semua akan bertanya benarkah ada cara untuk dapat
mengetahui apakah teman yang ada disekitar kita adalah teman sejati yang
digambarkan seorang raja tadi. Dikisahkan dengan titah ayahnya, anak
sang raja mulai mencari teman sejatinya. Ia memulai dengan mengundang
makan pagi teman-teman di sekitar istana yang biasa menjadi temannya
bermain sehari-hari. Di pagi itu anak raja sengaja berlama-lama
menyediakan hidangan pagi itu kepada temannya yang sudah berkumpul di
ruangan istana. Karena begitu lama ada
temannya yang sebagian besar anak pejabat itu tak sabar. Ada yang
pulang, ada yang berbicara keras menanyakan makanan yang belum
disediakan. Anak raja membuat tiga butir telur rebus untuk menguji
benarkah teman-teman yang diundangnya makan pagi dapat dijadikan teman
sejatinya. Setelah begitu lama anak raja menghidangkan tiga butir telur
rebus. Serentak temannya yang tersisa berkata keras dan ada yang memukul
meja. Karena tak puas dengan hidangan yang disediakan karena terbiasa
makan dengan hidangan yang mewah. Akhirnya temannya pergi
meninggalkannya. Anak raja kemudian berkata bahwa mereka bukan teman
sejatinya.
Esok
hari setelah tak menemukan teman sejatinya di sekitar istana anak raja
meminta izin untuk mencari teman sejatinya di luar istana. Setelah
berjalan sepanjang pagi ia tak menemukan satupun orang. Di jalan setapak
pinggir hutan ia melihat seorang anak muda berwudhu tayamum lalu
melakukan sholat dua rakaat. Anak raja memperhatikan dengan seksama
hingga selesai. Lalu di hampirilah pemuda itu danmenanyakan sholat apa
ia di pagi menjelang siang ini. Pemuda menjawab ia menunaikan sholat
Dhuha. Pemuda menceritakan pula bahwa pekerjaannya adalah pencari kayu
membantu ayahnya. Saat anak raja memintanya untuk menjadi temannya, anak
pencari kayu mengatakan bahwa ia tak cocok berteman dengan anak raja
itu. Anak raja lalu menyambutnya dengan menawarkan untuk menjalani
pertemanan yang ditawarkan terlebih dahulu. Juga
menjelaskan bukankan kita hamba Allah juga dan hanya takwa yang
memuliakan seseorang di hadapan Allah. Akhirnya anak pencari kayu
bersedia. Sepanjang hari anak raja di ajarkan memancing, memanah, dan
belajar seluk beluk hutan dari anak pencari kayu yang telah terbiasa
dengan kehidupan dihutan. Sore hari anak raja di undang makan di rumah
anak penebang kayu. Di sediakanlah sepotong roti tawar dan garam. Mereka
berdua makan lahap setelah aktivitas sepanjang hari ini. Andaikan anak
raja tidak mengingat pesan ayahnya ia pasti akan meminta untuk menambah
roti lagi tapi ia mengurungkannya karena siapa tahu anak pencari kayu
sedang mengujinya apakah pantas untuk dijadikan teman sejatinya.
Akhirnya anak raja memutuskan untuk mengundang anak penebang kayu untuk
makan pagi di istananya esok pagi.
Pagi
hari anak penebang kayu telah berada di dalam istana megah. Disambut
dengan baik oleh anak raja. Lalu anak raja masuk kedalam. Merebus tiga
butir telur untuk dihidangkan namun di perlambatnya agak lama. Anak
penebang kayu menunggu sabar karena telah terbiasa tidak makan. Mukanya
cerah dan bersinar memperlihatkan
bahwa kecerdasan dan kebaikkan akhlaq menyertainya. Setelah sekian lama
anak raja muncul dan membawa hidangan tiga butir telur rebus. Di
persilahkannya anak penebang kayu untuk makan. Anak penebang kayu
mengambil satu butir telur dan mengupasnya perlahan. Anak raja juga
mengikuti mengambil telur pertamanya mengupas dan memakan dengan lahap
dilanjutkan dengan telur ketiga dan habis dimakan. Anak penebang kayu
baru selesai mengupas telur bagiannya. Anak raja memperhatikan dengan
seksama ingin melihat apa yang akan dilakukan dengan telur bagian
temannya itu. Anak penebang kayu tidak lantas memakan telur bagiannya.
Diambilnya pisau dan membelahnya menjadi dua bagian. Sebagian di berikan
kepada anak raja. Dengan segera anak raja itu memeluk temannya dan
menangis terharu. Ia mengatakan kepada anak pencari kayu bahwa teman
sejatinya ada di hadapannya kini yang sedang di peluk erat-erat.
Begitulah
kisah seorang anak raja yang sedang mencari teman sejatinya. Hal diatas
sepertinya telah hilang di dunia global saat ini. Terkadang ada teman
yang seperti dikisahkan kisah diatas. Berteman ketika temannya memiliki
kedudukan penting namun ketika sudah tidak menduduki posisi penting
segera meninggalkannya seperti tidak pernah saling kenal mengenal.
Semoga kisah diatas dapat menjadi pencerah untuk kita semua. Semoga
juga, hari ini kita semua bertanya kembali sudahkah kita mencari teman
sejati yang sesungguhnya. Wallahu ’alam bishowab.
--------------------------------------
Artikel adalah original buatan saya, karena Multiply akan menghapus feature BLOG
maka saya pindahan content Blog Multiply saya ke Blogspot ini.
Source: http://ya2nya2n.multiply.com
No comments:
Post a Comment