Wednesday, September 19, 2012

Yang Lembut Hatinya...

Kegelisahan-kegelisahan adalah fitrah setiap manusia di bumi nan sempurna sebagai tempat seluruh mahluk melakukan tabiatnya. Kegelisahan dapat muncul dimana saja dan kapan saja menguasai setiap hati. Hati yang sedetik bersendawa indah di telinga-telinga penuh semilir kesejukkan. Namun tiba-tiba sesengukkan hilang dari keindahan sebelumnya. Teringat sudah pertanyaan kegelisahan. ”kenapa matahari terbit menghangatkan bumi”. Dan ”kenapa indah pelangi tak berujung di Bumi”. Lalu pertanyaan kegelisahan begitu mendasar menjadikan sebagian mahluk bernama manusia berkata dengan bahasa atasnya. Seakan mengatakan, ”Jawablah! Kalau kau benar?”, begitu tinggi yang kemudian melahirkan perdebatan tak bertepi. Seperti alam pikirnya telah menemukan angka yang diyakini dengan tepat dari luasnya alam semesta. Yang lainnya silahkan ikut turut dikatakan tak berdaya. Pertanyaan kegelisahan menempatkan hati-hati yang sesengukkan. Jauh dari terdengar indah di telinga.

Benarkah saat ini arti lemah lembut hatinya adalah yang telah terjadi dalam kenyataan diatas. Apakah sudah terjadi dekadensi makna lemah lembut hatinya dan bergeser jauh melampaui hakikat sebenarnya. Lalu manusia-manusia itu mendefinisikan islam yang kaffah sebagai yang lemah-lemah, dan lembut-lembut juga dikatakan tak berdaya.

Sebenarnya definisi ini tak harus mengemuka karena semuanya telah jelas tak usah lagi di definisikan. Islam telah mengajarkan kepada para sahabat akan definisinya. Umar Ibnul Khattab manusia yang dikenal sangat keras dan kejam sebelum menerima hidayah. Titik balik ketika akan melabrak Fatimah binti Khattab yang merupakan adik kandungnya disebabkan keluarga adiknya tersebut telah masuk Islam tetapi sesampainya di kediaman adiknya tersebut Umar mendengar lantunan ayat-ayat yang mirip dibaca para sahabat nabi lainnya yang telah masuk Islam. Dengan semakin geram dan kasar di pukulnya adik kandungnya itu. Namun setelah melihat darah yang mengucur dari kening adiknya ia menahan amarahnya dan berkata, ”Kalau begitu, berikan lembaran syair yang telah kudengar tadi agar aku dapat mempertimbangkan apa yang telah diajarkan Muhammad keadamu”. Lembaran itu diberikan adiknya dan berisi tulisan surat Thaha, setelah dibaca Umar berkata, ”Alangkah indahnya kata-kata ini dan alangkah mulianya.”  Sejak saat itu Umar meminta di pertemukan dengan Nabi Muhammad dan membaca dua kalimat syahadat. Dan Umar yang terkenal kasar dan kejam berubah menjadi lemah lembut hatinya kepada siapapun yang meninggikan agama Allah SWT. Namun tetap keras terhadap kaum yang memusuhi Islam.

Islam yang telah menjadikan Umar yang keras dan kejam menjadi lemah lembut hatinya. Juga mengajarkan Sahabat Abu Bakar yang terkenal lemah lembut dan tak gagah sebelum masuk Islam, namun ketika Islam telah memenuhi seluruh aliran darah menjadikan beliau begitu gagah, tegas dan kuat untuk membela dan maninggikan Islam.

Lalu bagaimana dengan manusia kekinian yang mengaku Islam namun dengan lantang dan tinggi berani mengkritisi ayat-ayat Allah dan membuat opininya sendiri. Dengan bahasa bernada tinggi. Apakah benar manusia yang berani melakukan hal diatas dapat dikatakan mengikuti kebenaran Islam. Apakah saat ini akan sulit menemukan manusia yang benar-benar lemah lembut hatinya karena merasakan ruh islam dalam setiap tarikan nafasnya. Semoga kita semua termasuk manusia yang lemah lembut hatinya karena cahaya Islam telah memenuhi seluruh tubuh ini sebagaimana Abu Bakar dan Umar Ibnul Khattab. Wallahu a’lam bishowab....

--------------------------------------
Artikel adalah original buatan saya, karena Multiply akan menghapus feature BLOG
maka saya pindahan content Blog Multiply saya ke kripikyayan.Blogspot.com ini.

Source: http://ya2nya2n.multiply.com

No comments:

Post a Comment